MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
OLEH
ANDI FACHRI ABDILLAH (17118672)
KELAS 1KA04
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA 2019
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul “Psikologi Harapan”. Penulis sangat berharap makalah ini dapat membantu kita untuk memahami dan menambah wawasan khususnya pada cara pandang mengenai harapan melalui sudut pandang psikologis.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Depok, April 2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. Hal. 3
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................................................... Hal. 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. Hal. 3
1.4 Ruang Lingkup .................................................................................................................. Hal. 3
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Harapan ......................................................................................................... Hal. 4
2.2. Model Harapan ................................................................................................................ Hal. 4
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian Harpan ........................................................................................................... Hal. 5
3.2. Ekspektasi, Efikasi Diri atau Optimisme? ...................................................................... Hal. 5
3.3. Model dan Skala Harapan Snyder ................................................................................... Hal. 6
3.4. Kehilangan Harapan dan Cara Mengembalikannya ..................................................... Hal. 7
BAB IV
KESIMPULAN ........................................................................................................................... Hal. 8
REFERENSI
Harapan berarti banyak hal bagi setiap orang. Bagi sebagian orang, harapan adalah mantra internal yang berbisik bahwa segalanya berjalan baik; bagi yang lain, harapan diarahkan ke luar - pada Tuhan atau takdir; sementara bagi yang lain, harapan adalah pengaturan tujuan dan kecenderungan untuk terus berjalan meskipun ada banyak kesulitan.
Harapan mencerminkan proses motivasi yang berorientasi masa depan di mana pengasuh memiliki harapan mencapai tujuan yang diinginkan. Lebih khusus lagi, harapan mencerminkan kapasitas pengasuh untuk mengidentifikasi satu atau lebih banyak strategi kognitif menuju tujuan yang diinginkan. Seiring dengan jalur berpikir, harapan harus mengarahkan dan mempertahankan energi mental menuju pencapaian tujuan yang diinginkan.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui arti harapan dari sudut pandang psikologis, perbedaannya dengan optimisme dan memperkenalkan konsep harapan menggunakan model teoritis Snyder untuk mengetahui fase-fase harapan.
Batasan permasalahan dalam makalah ini adalah seputar pengertian, model dan cara pengembangan harapan dari sisi psikologis manusia.
“Harapan adalah jumlah kemampuan yang dibayangkan untuk menghasilkan rute ke tujuan yang diinginkan, bersama dengan motivasi yang dirasakan untuk menggunakan rute tersebut.”
- C Richard Snyder, Handbook of Hope: Theory, Measures, and Applications
"Harapan adalah memikirkan masa depan, mengharapkan suatu peristiwa dan hasil yang diinginkan akan terjadi, dan bertindak dengan cara-cara yang diyakini membuat hal itu lebih mungkin.”
- C Richard Snyder, Hope Theory A Member of the Positive Psychology Family
Pendekatan ini mengakui bahwa untuk mencapai tujuan berharga, dibutuhkan kegigihan, dedikasi, dan kemampuan untuk mengatasi kegagalan dan kesulitan. Perbedaan cara pandang tentang harapan bisa menjelaskan mengapa sebagian orang bertahan saat mengejar tujuan yang bermakna, bahkan ketika dihadapkan dengan tantangan yang tak terduga, sedangkan yang lain mudah untuk menyerah.
Snyder mengusulkan model kognitif-motivasi harapan terdiri dari tiga komponen:
Ketika harapan tinggi, tujuan menjadi spesifik dan realistis, jalannya pun banyak dan terstruktur, dan motivasi hadir - bahkan dalam menghadapi kesulitan dan hambatan. Ketika harapan rendah, tujuan tidak spesifik dan tidak realistis, hanya sedikit, jalur berkualitas rendah dibuat, motivasi rendah, dan ada rasa kontrol yang rendah.
Harapan adalah keadaan pikiran yang optimis yang didasarkan pada ekspektasi hasil positif sehubungan dengan peristiwa dan keadaan dalam kehidupan seseorang atau dunia pada umumnya. Harapan menyusun kehidupan untuk mengantisipasi masa depan dan memengaruhi perasaan di masa sekarang. Mirip dengan optimisme, harapan menciptakan suasana hati yang positif tentang harapan, tujuan, atau situasi masa depan. Perjalanan waktu mental seperti itu memengaruhi kondisi pikiran dan mengubah perilaku di masa kini. Perasaan positif yang dialami ketika melihat ke depan, membayangkan semoga apa yang mungkin terjadi, apa yang akan dicapai, atau menjadi siapa kita nantinya, dapat mengubah cara pandang diri sendiri. Seiring dengan harapan, datanglah prediksi bahwa kita akan bahagia.
Psikolog Charles R. Snyder mengaitkan harapan dengan keberadaan suatu tujuan, dikombinasikan dengan rencana yang pasti untuk mencapai tujuan itu.
“Harapan adalah jumlah kemampuan yang dibayangkan untuk menghasilkan rute ke tujuan yang diinginkan, bersama dengan motivasi yang dirasakan untuk menggunakan rute tersebut.”
- C Richard Snyder, Handbook of Hope: Theory, Measures, and Applications
Dengan kata lain, harapan didefinisikan sebagai kemampuan yang dirasakan untuk mendapatkan jalur ke tujuan yang diinginkan dan memotivasi diri sendiri melalui agensi berpikir untuk menggunakan jalur tersebut. Sebagai spesialis dalam psikologi positif, Snyder mempelajari bagaimana harapan dan pengampunan dapat memengaruhi beberapa aspek kehidupan seperti kesehatan, pekerjaan, pendidikan, dan makna pribadi.
Harapan membentuk metode untuk melintasi situasi saat ini. Kognisi yang terkait dengan harapan - bagaimana kita berpikir ketika kita berharap - adalah jalur menuju tujuan yang diinginkan dan mencerminkan motivasi untuk mengejar tujuan (Snyder, Harris, Anderson, & Holleran, 1991). Kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik telah ditemukan pada orang-orang yang penuh harapan bila dibandingkan dengan teman-teman dengan harapan rendah (Change, 1998), dan mereka yang penuh harapan memiliki kecenderungan fleksibel secara kognitif dan mampu secara mental mengeksplorasi situasi baru (Breznitz, 1986).
Untuk lebih memahami arti harapan, akan sangat membantu jika kita mempertimbangkan harapan dalam kaitannya dengan istilah lain yang memiliki kemiripan. Baik ekspektasi, efikasi diri maupun optimisme sama dengan harapan tetapi perlu untuk dibedakan artinya.
Ekspektasi
Dalam bukunya "The Awakened Heart", Dr. Gerald May mendefinisikan ekspektasi sebagai "Berpegang teguh pada kepercayaan yang tidak nyata." Ekspektasi menuntut apa yang kita inginkan terjadi terlepas dari apa yang sebenarnya terjadi. Ekspektasi biasanya tidak fleksibel dan kaku. Ekspektasi terbatas pada pengalaman sebelumnya. Kita tidak dapat berekspektasi pada sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya dan kita tidak bisa mengekspektasikan sesuatu yang lebih baik daripada yang kita tahu.
Efikasi Diri
Albert Bandura, Profesor psikologi dari Universitas Stanford (1986) mendefinisikan efikasi diri (self-efficacy) sebagai kepercayaan yang dirasakan individu memiliki tentang kemampuan mereka untuk mengejar dan mencapai tujuan tertentu. Snyder mengakui kesamaan antara keadaan harapan dan efikasi diri.
Namun, Snyder mencatat perbedaan penting, bahwa harapan memang memiliki arti yang sejajar dengan efikasi diri (yaitu, "Saya bisa melakukan ini"), tetapi juga mengandung kesediaan untuk memulai dan mempertahankan gerakan menuju tujuan. Dengan demikian, harapan melibatkan elemen kognitif yang melampaui penilaian efikasi diri.
Optimisme
Sama seperti harapan berbagi kesamaan dengan efikasi diri, harapan juga memiliki kesamaan dengan optimisme. Teori optimisme memiliki dua varian utama, yaitu melibatkan atribusi optimis (Seligman, 1991) dan memandang optimisme sebagai harapan umum untuk sukses (Scheirer & Carver, 1985). Meskipun harapan memiliki kesamaan dengan kedua formulasi optimisme, harapan tetap berbeda.
Pentingnya mencapai tujuan untuk kesejahteraan tersirat dalam atribusi optimis. Seseorang yang optimis akan secara efektif mampu untuk menjauhkan diri dari kegagalan. Meskipun pandangan optimisme dan harapan memiliki kesamaan dalam menilai pencapaian tujuan sebagai pusat dari kesejahteraan, namun pandangan Snyder terhadap harapan berbeda, yaitu ketika seseorang memiliki tingkat harapan yang lebih tinggi, individu itu akan mengambil "langkah selanjutnya" dengan bergerak melampaui tindakan awal dan menjauhkan diri dari kegagalan masa lalu menuju tujuan yang diinginkan secara aktif.
Harapan juga berbeda menurut pandangan Schierer dan Carver, bahwa optimisme adalah ekspektasi umum bahwa tujuan akan tercapai. Di dalam pemahaman optimisme, ekspektasi hasil yang positif dipandang sebagai pendorong utama dalam mengejar tujuan.
Snyder mengusulkan model kognitif-motivasi harapan terdiri dari tiga komponen:
Goals (Tujuan) adalah target urutan tindakan mental yang menyediakan komponen kognitif yang melekat pada Teori Harapan. Tujuan bisa jadi jangka pendek atau panjang, tetapi tujuan harus memiliki nilai yang cukup untuk ditempati pikiran sadar. Demikian juga, tujuan harus dapat dicapai, tetapi mereka juga biasanya mengandung beberapa tingkat ketidakpastian.
Pathway (Jalur berpikir) adalah proses untuk mencapai tujuan dan mampu menghasilkan rute yang bisa diterapkan untuk tujuan-tujuan tersebut. Jalur berpikir menandakan kemampuan yang dirasakan seseorang dalam menghasilkan rute yang bisa diterapkan untuk tujuan yang diinginkan. Demikian juga, jalur pemikiran ini dilambangkan dengan menegaskan pesan internal yang mirip dengan sebutan "Saya akan menemukan cara untuk menyelesaikan ini!" (Snyder, Lapointe, Crowson, & Early, 1998).
Agency (Agensi Berpkir) adalah kapasitas seseorang untuk menggunakan jalur berpikirnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Agensi berpikir mencerminkan pikiran referensial diri untuk memulai bergerak di sepanjang jalur dan terus mengalami kemajuan di sepanjang jalur itu. Agensi berpikir sangat penting dalam semua pemikiran yang diarahkan pada tujuan ketika seseorang menghadapi hambatan
Snyder berpendapat bahwa individu yang mampu mewujudkan ketiga komponen ini dan mengembangkan kepercayaan pada kemampuan mereka adalah orang-orang yang penuh harapan yang dapat membangun tujuan yang jelas, membayangkan berbagai jalur yang bisa diterapkan menuju tujuan tersebut, dan bertahan, bahkan ketika rintangan menghadang.
Snyder mengusulkan "Skala Harapan" yang menganggap bahwa tekad seseorang untuk mencapai tujuan adalah harapan terukur mereka. Snyder berpendapat bahwa psikoterapi dapat membantu memusatkan perhatian pada tujuan seseorang, dengan mengambil pengetahuan diam-diam tentang cara menjangkau mereka. Demikian pula, ada pandangan dan pemahaman realitas terhadap harapan, yang membedakan No Hope, Lost Hope, False Hope, dan Real Hope, yang berbeda dalam hal sudut pandang dan realisme.
Mereka yang telah mengalami kegagalan berulang ketika berusaha mencapai tujuan mereka cenderung sadar akan kurangnya jalur berpikir dan kapasitas agensi. Orang-orang dengan harapan rendah itu akan menghadapi tujuan dengan fokus pada kegagalan dan mengalami respon emosional negatif (mis., kemarahan, kesedihan, keputusasaan).
Fase pertama adalah amarah (rage), yaitu ketika seseorang menyadari bahwa ia tidak tahu lagi bagaimana mencapai yang kita inginkan setelah berkali-kali mengalami kegagalan.
Fase kedua adalah keputusasaan (despair). Ini terjadi ketika alternatif yang layak tidak lagi tersedia atau individu tidak dapat menyesuaikan tujuan mereka. Dalam kondisi ini, hambatan untuk mencapai tujuan dipandang sebagai hal yang mustahil dan individu mempertanyakan makna dan nilai upaya mereka.
Fase terakhir dalam hilangnya harapan adalah sikap apatis. Tujuan dipandang sebagai susuatu yang mustahil untuk diperoleh sehingga tidak ada energi mental yang dikeluarkan dalam mempertimbangkan keinginan pada tujuan.
Untuk memulai mengembalikan harapan, tujuan yang diinginkan harus dijelaskan secara rinci dan ada dalam kemungkinan pencapaian. Tahap awal klarifikasi tujuan ini dapat meningkatkan agensi harapan yang memungkinkan fokus pada pengembangan jalur (Snyder, 1995). Selanjutnya, jalur yang layak untuk pencapaian tujuan dapat dikembangkan dengan memberikan perhatian yang cukup terhadap segala kemungkinan.
Pemberian tujuan sebagai tolak ukur dapat berfungsi sebagai sistem umpan balik yang penting untuk mengatur perilaku dan emosi. Dalam tahap ini, individu harus didorong untuk mempertimbangkan hambatan terhadap jalur yang mereka pilih sehingga mereka dapat mulai mempertimbangkan jalur alternatif atau strategi untuk mengatasi hambatan. Ini bisa menjadi waktu yang kritis dalam mengembalikan harapan, karena mereka yang telah mengalami harapan rendah mungkin masih fokus pada potensi kegagalan dan menunjukkan keengganan untuk melanjutkan jalan menuju harapan.
Selanjutnya, adalah fase menciptakan angan-angan masa depan. Pada tahap ini, individu perlu untuk merefleksikan dan membayangankan bagaimana perasaan akan kesuksesan, dan apa yang akan mereka lakukan untuk mencapainya. Pada tahap ini, individu menciptakan citra kesuksesan yang realistis.
Proses menciptakan citra masa depan ini berfungsi untuk memperkuat energi mental. Ketika individu mendekati tujuan yang diinginkan, agensi dan jalur pemikiran mereka harus ditingkatkan untuk mencerminkan harapan yang lebih tinggi. Selain itu, pencapaian tujuan yang sukses memungkinkan individu yang sekarang penuh harapan untuk mengejar tujuan dan selanjutnya mengembangkan jejak harapan.
Harapan adalah perasaan positif yang dialami ketika seseorang melihat masa depan, membayangkan semoga apa yang mungkin terjadi, apa yang akan dicapai, atau menjadi siapa kita nantinya, dapat mengubah cara pandang diri sendiri dan bertindak dengan cara-cara yang diyakini membuat hal itu lebih mungkin.
Harapan memiliki 3 komponen yaitu Sasaran, Strategi dan Motivasi yang jika terpenuhi dapat mengembangkan kepercayaan pada kemampuan untuk mewujudkan harapan.
Harapan memiliki kesamaan dengan ekspektasi, efikasi diri dan optimisme karena semuanya melibatkan keinginan akan pencapaian tujuan di masa depan, namun harapan memiliki kesediaan untuk memulai dan mempertahankan gerakan menuju tujuan.
Seseorang dapat kehilangan harapan ketika terlalu sering menghadapi kegagalan yang berulang-ulang yang memiliki 3 tahap yaitu amarah, keputusasaan dan apatis. Namun, harapan dapat dikembalikan dengan menetapkan tujuan yang jelas, mengembangkan strategi untuk mengatasi hambatan dan menciptakan citra masa depan sebagai motivasi.
Chan M. Hellman, Jody A. Worley, Ricky T. Munoz. A Primer On Hope As A Theory of Change for Human Service Providers. University of Oklahoma.
Snyder, C.R. (2002). Hope theory: Rainbows in the mind. Psychological Inquiry, 13, 249-275.
C. R. Snyder, Kevin L. Rand, & David R. Sigmon (2002). Positive Psychology. Oxford University Press.
Dr. Gerald May (1991), The Awakened Heart. HarperCollins.
https://en.wikipedia.org/wiki/Hope